KAB. BANDUNG | MPNews – Salah satu yang melatar belakangi inovasi modifikasi kendaraan pengangkut sampah pedesaan di wilayah kabupaten Bandung yang merupakan daerah pegunungan menjadi salah satu motivasi Kepala Dinas Lingkungan Hidup untuk berinovasi menciptakan kendaraan motor triseda dimodifikasi dengan bahan bakar dari gas elpiji.
Kepala DLH Kab. Bandung H. Asep Kusumah, S.Sos., M.Si menyatakan modifikasi kendaraan triseda pengangkut sampah pedesaan dengan bahan bakar gas elpiji ini merupakan jawaban bupati Bandung Dr. HM. Dadang Supriatna atas perintah Presiden RI Joko Widodo yang memerintahkan agar mengambil langkah-langkah pengurangan pembakaran berbahan bakar fosil.
“Modifikasi kendaraan berbahan bakar gas elpiji ini berkat kerjasama dengan Budi Yuniarsa dari Kampus Desa. Dan kendaraan ini pas dengan program Langit Biru dan perintah Presiden kita,” ujar Asep Kusumah beberapa hari lalu saat peresmian Pusat Edukasi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah (PUSPA) di Desa Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (30/08).
Masih dikatakan Asep Kusumah, kendaraan Beji (Bensin Elpiji) multi bahan bakar, bisa memakai bahan bakar bensin (BBM) maupun bahan bakar Gas Elpiji ini diriset hampir sekitar 5 bulanan dengan tim dari Kampus Desa.
BACA JUGA:
Satu Lagi di Kab. Bandung, Terobosan dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Teknologi
“Alhamdulillah hari ini (Rabu, 29/08/2023) bisa dilonching Bupati Bandung Dr. HM. Dadang Supriatna, S.IP., M.Si bertepatan dengan peresmian PUSPA di Jelekong, Baleendah Kabupaten Bandung,” terang Asep Kusumah pada MPNews.
Masih menurut Asep Kusumah, keunggulan lainnya dari kendaraan Beji ini, bila sewaktu-waktu habis bensin di jalan pedesaan yang jauh dari kota, kendaraan ini masih bisa tetap beroperasional mempergunakan gas elpiji sebagai gantinya. Jadi tidak perlu mencari bensin ke SPBU di perkotaan.
Bahkan gas elpiji 3 kg ini bisa lebih murah dan irit pemakaiannya. Perbandingannya untuk jarak 120 Km bila memakai BBM bensin diperlukan sekitar 10 liter, Rp.100 ribu. Sementara bila memakai gas elpiji dalam jarak yang sama hanya dibutuhkan 1 tabung gas elpiji 3 kg seharga kisaran Rp. 22 ribu sampai 25 ribu.
“Ya, kalau dipergunakan teknologi ini, masalah sampah akan selesai di kabupaten Bandung, dengan biaya operasional rendah,” tambahnya.
Sementara Ketua Kampus Desa, Budi Yuniarsa, SE., M.Si mengatakan, untuk di wilayah kabupaten Bandung yang secara demografi wilayahnya pegunungan. Kendaraan ini sangat efektif mengingat bahan bakarnya bebas polusi juga persediaannya ada di mana-mana bahkan warung-warung di pedesaan juga mudah didapat.
“Selain mudah didapat bahan bakarnya (gas elpiji), juga pemakaiannya cukup irit dibanding memakai bahan bakar minyak (BBM). Perbandingannya untuk 1 tabung gas elpiji 3 kg bisa mencapai 120 km, sementara kalau bahan bakarnya bensin dalam jarak yang sama bisa menghabiskan 10 liter,” terang Budi didampingi Agus Ilham Herlansyah dari Kampus Desa.
Lebihlanjut Budi Yuniarsa menyatakan, teknologi bensin elpiji (Beji) ini bisa ditambahkan ke kendaraan pengangkut sampah dengan investasi sekitar Rp. 3,5 juta sampai Rp. 5 juta.
“Kenapa investasi, bukannya biaya tambahan? Ya karena dengan memasang alat ini dengan menganggarkan sekitar Rp. 3,5 – Rp. 5 juta, kedepannya kendaraan ini akan menghemat sekitar 30 persen anggaran BBM. Misal estimasi biaya operasional per hari 10 liter bensin Rp. 100.000, dengan teknologi Beji ini hanya diperlukan 1 tabung gas elpiji seharga Rp. 22 ribu sampai Rp. 25 ribu,” jelas Budi Yunarsa.
“Mengingat kendaraan pengangkut sampah ini beroperasi di wilayah yang jauh dari perkotaan, teknologi bahan bakar elpiji ini sangat efektif dipergunakan di wilayah kabupaten Bandung. Selain irit pemakaiannya, juga persediaan gas elpiji ada di warung-warung pedesaan,” tambahnya.*(dado)